Minggu, 07 Juni 2009

alur hidup tata

Kehidupan terasa sangat rumit saat ini, bagi saya gadis biasa yang mencoba menjadi luar biasa. Menjelajahi dunia pendidikan hingga kuliah meskipun belum selesai perjuangan ini, tapi banyak yang sudah saya raih. Bukan materi, tapi perubahan diri dan orang- oarang di sekitar saya yang kian hari kian bertambah.
Saya kira semua akan baik – baik saja saat saya memutuskan untuk meneruskan pendidikan ini. Tapi semua masalah datang dengan seiring waktu. Berusaha menghalau semuanya itu yang saya lakukan saat ini, bertahan tanpa lelah. Menapaki jalan panjang menuju sukses yang pasti akan saya raih nanti.
Suatu kemunafikan bila saya tak mengalaimi konflik dalam percintaan. saya mengakhiri hubunagn dengan orang yang saya cintai saat saya berjuang menuju universitas. Tidak adil bagi saya, karna dia tak menhiraukan apa yang saya lakukan untuk masa depan. Dia hanya memikirkan dirinya bahagia dengan saya tanpa tahu saya bahagia atau tidak. Semenjak semuanya berakhir saat itu, saya terpuruk dalam kesendirian cukup lama. Tapi tak mengapa karena saya memiliki orang- orang yang bisa membuat hidup ini berwarna. Teman, ya betul sekali teman itu ada disaat saya membutuhkannya. Bersama- sama saat susah, berbagi bahagia, membuat kekacauan barsama. Itu yang saya lakukan saat saya mengawali kuliah yang semakin memeras otak ini.
Serius bikin gila, prinsip dasar kami bersama. Oleh karena itu, kami tidak bernah membuat semuanya menjadi serius tapi kami menjaklani kuliah ini dengan serius sdan memilki target tersendiri untuk memdapatkan ipk terbaik. Meskipun kami berteman akrab tapi kami pun bersaing dalam bidang akademis ini.
Pendiam itulah sifatk saya dulu saat saya SMP tapi sekarang saya dapat mengurangi sifat itu. Selalu mencoba memberanikan diri untuk melakukan sesuatu, mencoba membuat diri lebih berati dimata orang lain dengan tetap menjadi diri sendiri. Tapi aku tak membuat diri lebih dominan diantara yang lain. Mencoba untuk rendah hati meskipun terkadang begitu sulit. Ini pengakuan yang sangat sulit.
Banyak sekali realita hidup yang saya alami selama ini. Saat saya melewati perjalan dengan kereta ekonomi Jakarta – bogor tentunya, banyak hal yang saya temui disana. Kemiskinan, penipuan, penindasan, usaha, perjuangan, tangisan, tawa, kejahatan, dan banyak hal yang masih bisa ditemui disana.
Anak- anak adalah pihak yang paling teraniaya dalam kondisi ini. Mereka diperbudak untuk mengemis, mengamen, bekerja, dan menyampingkan masa bermainnya untuk membantu orang yang membuat mereka seperti itu. Seperti yang dilakukan kaka- beradik yang sering saya temui didalam keret itu. Mereka mengamen dengan tape, suara musik yang tak jelas, amplop kosong yang sobek. Semua itu menjadi properti mereka dalam bekerja, tak jarang mereka menambahkan air mata dalam setiap pekerjaanya.
Sebenarnya apa yang mereka tuju dalam melakukan hal ini, memenuhi kewajiban atau iseng belaka? Tragis memang, anak- anak Indonesia meminta- minta sejak dini apa yang akan terjadi nantinaya. Nasib bangsa ini anda ditangan mereka, mereka yang mengerahkan tenaga untuk meminta- minta.
Kenapa anak kecil sering menjadi korban? Betapa menderita hidup mereka, khilangan hak bermain dan belajar menuntut ilmu. Hal itu yang membuat saya miris dengan semua ini, membuat saya bersyukur dengan apa yang saya raih dan rasakan saat ini. Saya berharap saya dapat membuat perubahan kecil dalam hidup ini, untuk membantu anak- anak Indonesia dari penindasan. Karena anak- anak adalah tunas bangsa yang harus dilindungi sejak dini.