What do you think about
friendship?
Berbagi, curhat, tertawa,
bahagia, sedih, bertengkar, sedih, air mata. Apakah persahabatan itu selamanya?
Hmmm, i don’t think so.
Selama hidup gue yang
masih singkat ini (23 tahun), gue bertemu dengan berbagai macam teman. Teman yang
biasa-biasa saja, teman yang menyenangkan, teman jadi musuh, teman jadi jauh,
dan teman dari musuhnya teman. Pada dasarnya pertemanan itu banyak jenisnya. Tergantung
cara menjalaninya. Ada juga temenan Cuma karena ingin numpang pinter, eksis,
terkenal, dan Cuma dimanfaatin jadi link saja supaya mudah dapat kerja. Ada.
Tapi yang paling gak enak
dalam pertemanan adalah berada dalam posisi lo ditengah-tengah antara teman lo
yang berantem. Breantem karena banyak hal, tapi yang paling memusingkan adalah
beran tem karena rebutan cowok. Dulu gue pernah berantem karena rebutan cowok
juga sih, tapi ya akhirnya gue ngalah juga. Oke, itu udah lewat 6 tahun lalu
disaat gue SMA.
Saat ini, posisi gue
masih berada ditengah tengah... disaat yang lain sudah memihak kesatu sisi, gue
masih berusaha untuk tetap berada disini. Ditengah-tengah. Bukan karena gue gak
sayang temen gue yang tersakiti tapi sebenci apapun gue, gue harus tetap bisa
adil. Bukan nunggu sampe gue yang mengalami hal yang sama, tapi gue belum nemu
alasan yang tepat buat memihak salah satu. Selain itu, gue masih berharap
mereka bisa jadi teman lagi.
Rebutan pacar itu mungkin
bisa jadi world’s first problem. Kadang, orang lebih tertarik untuk ngerebut
gebetan, pacar, bahkan suami orang. Kenapa semua itu bisa terjadi? Masalah selera
sih kayaknya. Tapi kenapa samapi bisa direbut yah? Ah, sudahlah tidak usah
dipikii. Gak rkan lebih jauh.
Kembali lagi kepada
posisi gue yang ditengah-tengah, gue gak bisa asik main lagi. Gak bisa kumpul
bareng lagi.. ah, sumpah gue rindu mereka. Gue rasa mereka pun rindu sama
masa-masa indah bareng-bareng. Masa gila-gilaan, masa ngomongin orang
sesukanya, gossip. Sebenci-bencinya mereka tetapi tetap ada cinta.
Well, buat teman-temanku
yang sedang tidak akur diluar sana. Jangan menebar benci terus-terusan. Sekali benci
ya diem aja. Jangan ajak-ajak orang. Eat that ur own problem. Biarkan orang
lain seperti itu adanya. Menasehati boleh, tapi kalau sudah lelah menasehati
tapi tidak diacuhkan mending coba ikuti dan dia akan menyesal sendirinya. Percaya
deh, Tuhan akan ngasih teguran orang yang salah dengan caranya sendiri.
Eh, tapi gue pun gak
sempurna. Banyak banget salahnya. Tapi well, Tuhan pun menegur gue dengan
caranya sendiri. Gue pernah merasa sendiri seperti tidak punya teman, bahkan
ditinggalkan. Semua itu adalah dampak dari apa yang gue lakukan selama ini.
“Jangan terlalu percaya
pada orang lain, baik itu sahabat, pacar, keluarga, bahkan dirimu sendiri. Mereka
tidak bisa menyimpan rapat ceritamu dan keluh kesahmu.”